Pratama-Kreston Tax Research Center
No Result
View All Result
Jumat, 14 Maret 2025
  • Login
  • Konsultasi
  • Insight
    • Buletin
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
    • Infografik
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Liputan Media
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
      • Survei Objek Pajak Daerah
      • Survey Efektivitas Penyuluhan Pajak Daerah
      • Survei Kepuasan Masyarakat
    • Konsultasi Pajak Komprehensif
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami
  • INDONESIA
Pratama-Kreston Tax Research Center
  • Konsultasi
  • Insight
    • Buletin
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
    • Infografik
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Liputan Media
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
      • Survei Objek Pajak Daerah
      • Survey Efektivitas Penyuluhan Pajak Daerah
      • Survei Kepuasan Masyarakat
    • Konsultasi Pajak Komprehensif
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami
  • INDONESIA
Pratama-Kreston Tax Research Institute
No Result
View All Result

Pembebasan Pajak bagi Digital Nomads untuk menarik Turis

Muhammad Akbar AditamabyMuhammad Akbar Aditama
8 Juli 2024
in Artikel
Reading Time: 2 mins read
134 2
A A
0
155
SHARES
1.9k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kini memudahkan aktivitas manusia, termasuk dalam mencari penghasilan. Dengan kemajuan teknologi digital, setiap orang bisa bekerja secara daring menggunakan perangkat tanpa harus meninggalkan rumah atau tempat nyaman lainnya. Tren bekerja dari mana saja (Work From Anywhere, WFA) sangat diminati karena memberikan kebebasan bagi orang untuk bekerja dari lokasi mana pun. Pemberi kerja pun hanya fokus pada hasil kerja, tanpa mempersoalkan lokasi kerja karyawannya.

Fenomena WFA ini membuka peluang bagi pengembara digital (digital nomad). Pengembara digital adalah individu yang menggunakan teknologi digital nirkabel untuk bekerja dari lokasi pilihan mereka. Digital nomad dapat memperoleh penghasilan dari pekerjaan bebas (independent services) dari mana saja, bahkan saat bepergian ke tempat-tempat favorit mereka.

Terkait dengan tren WFA, pengembara digital bisa bekerja di mana saja menggunakan teknologi informasi nirkabel. Menurut Cook, D dalam publikasi ilmiahnya yang berjudul “Breaking the Contract: Digital Nomads and the State”, seiring pesatnya perkembangan teknologi informasi, kini terdapat banyak pasar tenaga kerja yang menawarkan proyek dan posisi bagi mereka yang memenuhi syarat dan tertarik pada subjek tertentu. Mitra atau entitas yang menyediakan proyek akan membayar individu yang berhasil menyelesaikannya.

Sesuai dengan tekad Pemerintah Indonesia untuk menarik wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia dan petunjuk teknis pelaksanaan UU Ciptaker, Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No.18 Tahun 2021 (“PMK-18/2021”). Merujuk pada pasal 7 PMK-18/2021, WNA yang berdomisili di Indonesia dan mendapatkan penghasilan dari Indonesia maupun luar Indonesia diberikan pilihan untuk memanfaatkan pengecualian atas PPh dari penghasilan yang diterima.

Pengecualian PPh atas penghasilan yang diterima seorang WNA harus memenuhi ketentuan tertentu dengan membuktikan bahwa WNA memiliki keahlian tertentu (lampiran II PMK-18/2021) dan berlaku selama empat tahun pajak yang dihitung sejak WNA tersebut menjadi subyek pajak dalam negeri. Dengan ketentuan izin tinggal yang ada saat ini, memungkinkan pelaku digital nomaden untuk tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam satu tahun (baik yang menggunakan Visa B211A yang diperpanjang maupun visa second home).

Penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh WNA sebagai Digital Nomad termasuk seluruh penghasilan yang diterima sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan apapun di Indonesia dalam bentuk apapun yang dibayarkan diluar Indonesia. Namun, jika WNA memilih untuk memanfaatkan P3B Indonesia dengan negara mitra tempat WNA memperoleh penghasilan, maka Pengecualian PPh sesuai pasal 7 PMK-18/2021 tidak dapat digunakan.

Terdapat potensi para pelaku digital nomad mendapatkan penghasilan dari dalam Indonesia.Pemberlakuan visa yang dikhususkan bagi WNA yang beralih profesi menjadi Digital Nomad dinilai berhasil menaikan perjalanan internasional ke tempat wisata seperti Bali di masa pemulihan ekonomi. Peningkatan turis asing ini memiliki dampak baik bagi perekonomian daerah tersebut karena dapat menimbulkan multiplier effect.

Para Digital Nomad dapat dipandang sebagai nilai positif dan negatif bagi sudut pandang perpajakan, mereka seringkali bernegoisasi untuk mencari celah agar menyesuaikan dengan ketentuan perpajakan di tempat mereka berdomisili.

Tags: Digital NomadP3BPengembara DigitalPMK-18/2021
Share62Tweet39Send
Previous Post

Apa Saja Objek Pemotongan PPh Pasal 21 ?

Next Post

Enhancing Taxpayer Compliance Through Fiscal Transparency, Participation and Accountability: Insights from Key Figures of Islamic Boarding Schools in Depok City

Muhammad Akbar Aditama

Muhammad Akbar Aditama

Tax Policy Analyst Pratama-Kreston Tax Research Institute

Related Posts

CTAS
Artikel

Mengapa CTAS Belum Siap?

24 Februari 2025
Artikel

Grey Area Peraturan ESG di Indonesia

21 Februari 2025
Pajak crazy rich
Analisis

Apakah Pajak Orang Kaya Mampu Mengurangi Ketimpangan?

21 Februari 2025
Lapor SPT
Artikel

Mengapa Wajib Pajak Masih Ragu Lapor SPT

21 Februari 2025
Analisis

Urgensi Reformasi Subsidi Elpiji

21 Februari 2025
Tax audit
Artikel

Menavigasi Sengketa Pajak di Indonesia

20 Februari 2025
Next Post

Enhancing Taxpayer Compliance Through Fiscal Transparency, Participation and Accountability: Insights from Key Figures of Islamic Boarding Schools in Depok City

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Instansi Anda memerlukan jasa berupa kajian kebijakan fiskal, pajak dan retribusi daerah, penyusunan naskah akademik, ataupun jasa survei?

Atau, Perusahaan Anda membutuhkan pendampingan dalam menyusun Laporan Tahunan (Annual Report) atau Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)?

Konsultasikan kepada ahlinya!

MULAI KONSULTASI

PopularNews

  • Jika Suami Tidak Berpenghasilan, Berapa Besarnya PTKP Istri?

    1447 shares
    Share 579 Tweet 362
  • Apakah Jasa Angkutan Umum Berplat Kuning Dikenai PPN?

    849 shares
    Share 340 Tweet 212
  • Batas Waktu Pengkreditan Bukti Potong PPh Pasal 23

    784 shares
    Share 314 Tweet 196
  • Apakah Pembelian Domain Website dikenakan PPh Pasal 23?

    693 shares
    Share 277 Tweet 173
  • Iuran BPJS dikenakan PPh Pasal 21?

    660 shares
    Share 264 Tweet 165
Copyright © 2025 PT Pratama Indomitra Konsultan

Pratama Institute

Logo Pratama Indomitra
  • Antam Office Tower B Lt 8 Jl. TB Simatupang No. 1 Jakarta Selatan Indonesia 12530
  • Phone : (021) 2963 4945
  • [email protected]
  • pratamaindomitra.co.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Konsultasi
  • Peraturan
    • Ringkasan Peraturan
    • Infografik
  • Insight
    • Buletin
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
  • Liputan
    • Liputan Media
    • Webinar Pajak
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami

© 2025 Pratama Institute - All Rights Reserved.