Pratama-Kreston Tax Research Center
No Result
View All Result
Rabu, 12 Maret 2025
  • Login
  • Konsultasi
  • Insight
    • Buletin
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
    • Infografik
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Liputan Media
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
      • Survei Objek Pajak Daerah
      • Survey Efektivitas Penyuluhan Pajak Daerah
      • Survei Kepuasan Masyarakat
    • Konsultasi Pajak Komprehensif
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami
  • INDONESIA
Pratama-Kreston Tax Research Center
  • Konsultasi
  • Insight
    • Buletin
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
    • Infografik
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Liputan Media
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
      • Survei Objek Pajak Daerah
      • Survey Efektivitas Penyuluhan Pajak Daerah
      • Survei Kepuasan Masyarakat
    • Konsultasi Pajak Komprehensif
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami
  • INDONESIA
Pratama-Kreston Tax Research Institute
No Result
View All Result

Celah Penghindaran Pajak Pasca Implementasi CTAS dan Dampaknya terhadap Penerimaan Negara 2025

Pratama IndomitrabyPratama Indomitra
31 Januari 2025
in Analisis, Artikel
Reading Time: 2 mins read
130 4
A A
0
#image_title

#image_title

154
SHARES
1.9k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Akhir-akhir ini Core Tax Administration System (CTAS) telah mulai ditetapkan yang diatur secara resmi mulai 01 Januari 2025.  Sistem CTAS ini mulai dapat diakses oleh Wajib Pajak dengan fitur terbatas dalam tahap praimplementasi dan telah semakin berkembang menanggapi baik masukan maupun kebutuhan Wajib Pajak. Namun, pertanyaannya adalah, apakah CTAS benar-benar dapat menghilangkan celah bagi Wajib Pajak untuk menghindari kewajiban perpajakan? Lebih lanjut, seberapa besar kira-kira dampaknya terhadap penerimaan negara pada tahun 2025 mendatang?

Celah Penghindaran Pajak dalam Coretax

Pada dasarnya, setiap sistem yang dibuat manusia, baik dalam bentuk aplikasi teknologi informasi maupun peraturan perpajakan, tidak akan pernah sempurna. Hal ini membuka kemungkinan adanya celah (loopholes) yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.

Celah dalam sistem CTAS dapat terjadi dalam dua konteks utama, yaitu:

  1. Celah dalam Fitur CTAS
    Beberapa fitur dalam CTAS berpotensi bertentangan dengan Undang-Undang Pajak, yang memungkinkan adanya judicial review ke Mahkamah Agung (MA) setelah sistem ini dan PMK 81/2024 berlaku. Beberapa contoh fitur yang tidak diakomodasi oleh CTAS, antara lain sbb.:

    • Penggunaan tarif 20% lebih tinggi sesuai Pasal 21 ayat (5a) UU PPh.
    • Penggunaan tarif 100% lebih tinggi sesuai Pasal 22 ayat (3) dan Pasal 23 ayat (1a) UU PPh.
    • Pengkreditan Pajak Masukan untuk masa tiga bulan sesuai Pasal 9 ayat (9a) UU PPN.
  2. Celah dalam Peraturan Pajak
    Banyak klausul dalam regulasi perpajakan yang bersifat ambigu dan masih membuka peluang bagi interpretasi hukum yang berbeda antara Wajib Pajak dan petugas pajak. Dalam praktiknya, terdapat dua jenis interpretasi utama:

    • Interpretasi terhadap transaksi yang didasarkan pada hukum perjanjian.
    • Interpretasi terhadap norma hukum pajak yang memungkinkan multitafsir.

Wajib Pajak umumnya berusaha mencari celah agar transaksi yang dilakukan tidak dikenakan pajak. Sebaliknya, petugas pajak pun juga mencari celah agar transaksi yang dianggap tidak terutang pajak oleh Wajib Pajak menjadi terutang pajak. Kondisi inilah yang sering kali berujung pada sengketa pajak, yang dikenal dengan istilah creative compliance (kepatuhan kreatif).

Kontribusi CTAS terhadap Penerimaan Negara Tahun 2025

Pada dasarnya, CTAS bertujuan untuk mendukung sistem administrasi perpajakan dengan mengintegrasikan 21 proses bisnis dalam satu sistem teknologi informasi. Meskipun masih terdapat celah, CTAS tetap berkontribusi dalam dua hal utama, yaitu:

  • Meningkatkan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak, sehingga biaya kepatuhan dan administrasi dapat diminimalkan.
  • Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan pajak, sehingga penerimaan negara bisa lebih optimal.

Target penerimaan pajak setelah penerapan CTAS telah ditetapkan dalam APBN 2025 (UU No. 64/2024) dan Perpres 201/2024, dengan rincian sebagai berikut:

  • PPh: Rp1.209.278.861.976.000
  • PPN & PPnBM: Rp945.120.626.363.000
  • PBB P5L: Rp27.111.788.827.000

Meskipun CTAS memiliki potensi untuk meningkatkan penerimaan pajak, sistem ini bukanlah solusi yang benar-benar menghilangkan kemungkinan penghindaran pajak. Sebaliknya, efektivitasnya akan bergantung pada bagaimana sistem ini diimplementasikan dan bagaimana regulasi perpajakan berkembang dan berubah ke depannya.


Editor: Nisa’ul Haq

Tags: CTAS
Share62Tweet39Send
Previous Post

GMT Bagaikan Dua Sisi Koin

Next Post

Merancang Cukai Minuman Berpemanis yang Terintegrasi

Pratama Indomitra

Pratama Indomitra

Related Posts

CTAS
Artikel

Mengapa CTAS Belum Siap?

24 Februari 2025
Artikel

Grey Area Peraturan ESG di Indonesia

21 Februari 2025
Pajak crazy rich
Analisis

Apakah Pajak Orang Kaya Mampu Mengurangi Ketimpangan?

21 Februari 2025
Lapor SPT
Artikel

Mengapa Wajib Pajak Masih Ragu Lapor SPT

21 Februari 2025
Analisis

Urgensi Reformasi Subsidi Elpiji

21 Februari 2025
Tax audit
Artikel

Menavigasi Sengketa Pajak di Indonesia

20 Februari 2025
Next Post
Cukai MBDK

Merancang Cukai Minuman Berpemanis yang Terintegrasi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Instansi Anda memerlukan jasa berupa kajian kebijakan fiskal, pajak dan retribusi daerah, penyusunan naskah akademik, ataupun jasa survei?

Atau, Perusahaan Anda membutuhkan pendampingan dalam menyusun Laporan Tahunan (Annual Report) atau Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)?

Konsultasikan kepada ahlinya!

MULAI KONSULTASI

PopularNews

  • Jika Suami Tidak Berpenghasilan, Berapa Besarnya PTKP Istri?

    1447 shares
    Share 579 Tweet 362
  • Apakah Jasa Angkutan Umum Berplat Kuning Dikenai PPN?

    849 shares
    Share 340 Tweet 212
  • Batas Waktu Pengkreditan Bukti Potong PPh Pasal 23

    784 shares
    Share 314 Tweet 196
  • Apakah Pembelian Domain Website dikenakan PPh Pasal 23?

    693 shares
    Share 277 Tweet 173
  • Iuran BPJS dikenakan PPh Pasal 21?

    660 shares
    Share 264 Tweet 165
Copyright © 2025 PT Pratama Indomitra Konsultan

Pratama Institute

Logo Pratama Indomitra
  • Antam Office Tower B Lt 8 Jl. TB Simatupang No. 1 Jakarta Selatan Indonesia 12530
  • Phone : (021) 2963 4945
  • [email protected]
  • pratamaindomitra.co.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Konsultasi
  • Peraturan
    • Ringkasan Peraturan
    • Infografik
  • Insight
    • Buletin
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
  • Liputan
    • Liputan Media
    • Webinar Pajak
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami

© 2025 Pratama Institute - All Rights Reserved.