Pratama-Kreston Tax Research Center
No Result
View All Result
Jumat, 14 Maret 2025
  • Login
  • Konsultasi
  • Insight
    • Buletin
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
    • Infografik
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Liputan Media
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
      • Survei Objek Pajak Daerah
      • Survey Efektivitas Penyuluhan Pajak Daerah
      • Survei Kepuasan Masyarakat
    • Konsultasi Pajak Komprehensif
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami
  • INDONESIA
Pratama-Kreston Tax Research Center
  • Konsultasi
  • Insight
    • Buletin
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
    • Infografik
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Liputan Media
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
      • Survei Objek Pajak Daerah
      • Survey Efektivitas Penyuluhan Pajak Daerah
      • Survei Kepuasan Masyarakat
    • Konsultasi Pajak Komprehensif
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami
  • INDONESIA
Pratama-Kreston Tax Research Institute
No Result
View All Result

Soal PMK 41/2023 Beri Kemudahan Lembaga Keuangan dan Kepastian Hukum

Pratama IndomitrabyPratama Indomitra
16 Mei 2023
in Liputan Media
Reading Time: 2 mins read
133 2
A A
0
Ilustrasi Pajak

Ilustrasi Pajak

154
SHARES
1.9k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menerbitkan aturan baru terkait dengan penyerahan agunan yang diambil oleh kreditur kepada pembeli agunan. Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 41 Tahun 2023.

Dalam aturan tersebut, jumlah pajak pertambahan nilai (PPN) yang dipungut dihitung dengan menggunakan besaran tertentu sebesar 10% dari tarif PPN (1,1%) dikali harga jual agunan. Oleh karenanya, lembaga keuangan tidak dapat mengkreditkan Pajak Masukan atas pengenaan PPN.

Direktur Peraturan Perpajakan I Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kemenkeu Hestu Yoga Saksama mengatakan, latar belakang terbitnya aturan tersebut dikarenakan banyak terjadi sengketa di lapangan mengenai PPN atas penjualan AYDA oleh lembaga keuangan kepada pembeli agunan.

Yoga bilang, banyak ditemukan lembaga keuangan yang tidak mengenakan PPN saat di lapangan, lantaran akan susah menarik pembeli saat aset-aset tersebut ditawarkan kepada pembeli, terlebih lagi apabila harus dikenakan PPN 11%.

Untuk itu, melalui aturan tersebut, DJP Kemenkeu mengatur kembali besaran tertentu PPN 1,1% (tarif lebih rendah) dengan tujuan agar bisa segera menjual aset-aset yang diambil alih tersebut.

“Kita coba mengenakan yang tadi, besaran tertentu kita atur ulang. Kita diskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan perbankan dan lembaga keuangan supaya mau mengenai PPN dengan besaran tertentu 1,1%,” kata Yoga dalam acara Media Briefing di Jakarta, Kamis (11/5).

Senada dengan Yoga, Pengamat Pajak Center of Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar mengatakan bahwa terbitnya aturan ini untuk mengantisipasi terjadinya sengketa antara lembang keuangan dengan DJP Kemenkeu.

“PMK ini merupakan aturan turunan dari UU HPP. Memang di UU HPP diberikan penegasan kalau AYDA ini terutang PPN. Di lapangan memang terjadi (dispute) antara lembaga keuangan dengan DJP atas AYDA ini,” ujar Fajry kepada Kontan.co.id, Kamis (11/5).

Di sisi lain, Fajry bilang, pihak lembaga keuangan juga diakomodasi dengan besaran PPN terutang yakni 10% dari tarif berlaku (1,1%).

“Jadi sudah memberikan kemudahan bagi lembaga keuangan selain memberikan kepastian hukum,” katanya.

Direktur Eksekutif Pratama-Kreston Tax Research Institute (TRI) Prianto Budi Saptono menyampaikan, PMK 41/2023 memberikan kepastian hukum tentang perlakuan PPN atas AYDA ini. Menurutnya, selama ini banyak kasus sengeketa pajak hingga ke pengadilan terkait AYDA.

“Seringkali pemeriksa pajak menganggap bahwa pengambil alihan AYDA sudah terutang PPN karena dianggap sudah ada penyerahan hak dari debitur ke kreditur,” kata Prianto kepada Kontan.co.id, Kamis (11/5).

Di sisi lain, Prianto bilang, aturan tersebut memiliki revenue productivity lantaran ada potensi penerimaan PPN yang bertambah dikarenakan kreditur ditunjuk sebagai pemungut PPN.

“Jika dilihat aturan normalnya, pemungut PPN seharusnya adalah debitur sebagai pemilik hak yang melakukan penyerahan AYDA kepada kreditur,” katanya.

 

Artikel ini telah tayang dilaman Kontan.co.id dengan judul ” Soal PMK 41/2023 Beri Kemudahan Lembaga Keuangan dan Kepastian Hukum”, pada 11 Mei 2023 dengan tautan https://nasional.kontan.co.id/news/soal-pmk-412023-beri-kemudahan-lembaga-keuangan-dan-kepastian-hukum?page=1

Tags: DJPKemenkeuMenkeuPPNPrianto Budi Saptono
Share62Tweet39Send
Previous Post

Pembahasan SPHP: Haruskah Wajib Pajak hadir secara fisik?

Next Post

Free Webinar 117 : Membedah Klaster Pajak dalam UU Cipta Kerja Jilid II

Pratama Indomitra

Pratama Indomitra

Related Posts

Tax Buoyancy
Liputan Media

Pelemahan Daya Respons Penerimaan Pajak

19 Februari 2025
Image by freepik
Liputan Media

Skandal eFishery, Cermin Buram Tata Kelola Perusahaan

17 Februari 2025
Tata kelola Perusahaan
Liputan Media

Revisi Undang-Undang BUMN: Langkah Maju atau Tantangan Baru?

7 Februari 2025
PPN
Liputan Media

Menyoal Keberpihakan dalam Kebijakan Pajak

5 Februari 2025
Cukai MBDK
Liputan Media

Merancang Cukai Minuman Berpemanis yang Terintegrasi

4 Februari 2025
Foto oleh yusuf habibi
Liputan Media

Dilema Pajak Kelas Menengah, PTKP Turun atau PPN Naik jadi 12%?

23 Desember 2024
Next Post
klaster pajak

Free Webinar 117 : Membedah Klaster Pajak dalam UU Cipta Kerja Jilid II

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Instansi Anda memerlukan jasa berupa kajian kebijakan fiskal, pajak dan retribusi daerah, penyusunan naskah akademik, ataupun jasa survei?

Atau, Perusahaan Anda membutuhkan pendampingan dalam menyusun Laporan Tahunan (Annual Report) atau Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)?

Konsultasikan kepada ahlinya!

MULAI KONSULTASI

PopularNews

  • Jika Suami Tidak Berpenghasilan, Berapa Besarnya PTKP Istri?

    1447 shares
    Share 579 Tweet 362
  • Apakah Jasa Angkutan Umum Berplat Kuning Dikenai PPN?

    849 shares
    Share 340 Tweet 212
  • Batas Waktu Pengkreditan Bukti Potong PPh Pasal 23

    784 shares
    Share 314 Tweet 196
  • Apakah Pembelian Domain Website dikenakan PPh Pasal 23?

    693 shares
    Share 277 Tweet 173
  • Iuran BPJS dikenakan PPh Pasal 21?

    660 shares
    Share 264 Tweet 165
Copyright © 2025 PT Pratama Indomitra Konsultan

Pratama Institute

Logo Pratama Indomitra
  • Antam Office Tower B Lt 8 Jl. TB Simatupang No. 1 Jakarta Selatan Indonesia 12530
  • Phone : (021) 2963 4945
  • [email protected]
  • pratamaindomitra.co.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Konsultasi
  • Peraturan
    • Ringkasan Peraturan
    • Infografik
  • Insight
    • Buletin
  • Analisis
    • Artikel
    • Opini
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
  • Jasa Kami
    • Annual Report
    • Sustainability Report
    • Assurance Sustainability Report
    • Kajian Kebijakan Fiskal
    • Kajian Potensi Pajak dan Retribusi Daerah
    • Penyusunan Naskah Akademik
    • Analisis Ekonomi Makro
    • Survei
  • Liputan
    • Liputan Media
    • Webinar Pajak
  • Tentang Kami
    • Kontak Kami

© 2025 Pratama Institute - All Rights Reserved.